Pemanfaatan LNG pada sektor transportasi dan alat berat diprediksi meningkat dari 0,4 juta ton per tahun pada 2015 menjadi 1,3 juta ton pada 2019. PROGRAM konversi ba han bakar minyak (BBM) ke gas beberapa tahun belakangan berjalan tertatih-tatih lantaran banyaknya kendala yang menghadang program efisiensi tersebut.
Namun, PT Pertamina (persero) terus berupaya untuk mendukung implementasi program tersebut. Salah satunya dengan melakukan perpaduan penggunaan bahan bakar (dual fuel) antara liquefied natural gas (LNG) dan solar untuk mobil tangki BBM dengan komposisi masingmasing 57 persen dan 43 persen. Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan pemanfaatan dual fuel itu menghemat solar sekitar 3.500 kiloliter (kl) per bulan.
“Ini batu loncatan besar untuk Indonesia dalam rangka konversi BBM ke gas untuk transportasi darat,“ ujarnya dalam peresmian LNG sebagai bahan bakar mobil tangki Pertamina di Terminal BBM Balikpapan, kemarin. Ia menambahkan saat ini Pertamina memiliki 2.100 mobil tangki BBM. Dengan harga jual LNG sebesar Rp8.900 per liter, konversi ini lebih efisien sekitar 30 persen ketimbang menggunakan solar nonsubsidi seharga Rp12 ribu per liter.
“Jika seluruh mobil tangki tersebut dikonversi, penghematan biaya dapat mencapai Rp280 miliar per tahun.“
Ke depan, Pertamina akan melakukan program serupa di Jabodetabek, Semarang, dan Surabaya. Pada 2015 perseroan menargetkan stasiun pengisian LNG di Jakarta selesai dibangun sehingga bahan bakar truk, bus, dan logistik bisa dikonversi dengan LNG. “Bus dan truk yang beroperasi di pantura nantinya diharapkan bisa menggunakan LNG,“ cetusnya.
Direktur Gas Pertamina Hari Karyuliarto mengungkapkan pada tahap awal pasokan LNG untuk program konversi ini bersumber dari PT Badak NGL yang berkolaborasi dengan anak usaha Pertamina, yakni PT Perta gas dan PT Nusantara Regas.“LNG memang cocok digunakan untuk heavy duty vehicles, seperti mobil tangki BBM, truk dan alat berat pertambangan, serta truk besar untuk jarak tempuh yang jauh,“ ujarnya.Tren meningkat Hari memproyeksikan penggunaan LNG pada sektor transportasi dan alat berat akan mengalami tren peningkatan. Pada 2015 diproyeksi mencapai 0,4 juta ton per tahun, kemudian melonjak mencapai 1,3 juta ton per tahun pada 2019.
“Jumlah itu akan meningkat apabila kereta api dan kapal laut menggunakan LNG. Dengan begitu, volume solar dapat dikurangi sebanyak 0,9 juta kl dan 3 juta kl di 2019,“ kata dia.
Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Eri Purnomohadi menyatakan siap untuk mengikuti program tersebut.Namun, menurutnya, Hiswana memerlukan waktu untuk impor truk tangki berbahan bakar LNG. “Tax import-nya sekarang sudah 0. Tahun 2015 baru bisa ditetapkan untuk kontrak baru pengadaan truk dengan bahan bakar LNG,“ cetusnya. (E-6) Media Indonesia, 28/10/2014, Halaman : 18
Travel Eksekutif Pekanbaru Pariaman
-
Perusahaan yang menyediakan travel eksekutif dari Kota Pekanbaru Menuju
Pariaman tentunya sudah banyak. Kali ini melalui situs WartaPancasila.com
akan memp...
4 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar