Setelah kabinet Jokowi-JK dilantik kemarin, pelaku pasar menanti kepastian penaikan harga BBM bersubsidi. Dalam jangka panjang, itu berdampak positif terhadap anggaran. PELAKU pasar di bursa sahamamat mempertimbangkan peristiwa yang belum terjadi sebagai pijakan dalam aktivitas perdagangan mereka.
Demikian pengakuan sejumlah analis bursa kepada Media Indonesia mengenai tren indeks harga saham gabungan, kemarin.
Analis dari PT Universal Broker Securities Satrio Utomo mengakui pada umumnya pelaku pasar merespons positif susunan Kabinet Kerja Jokowi-JK yang dilantik kemarin. Namun, pelaku pasar kini justru tengah mengantisipasi rencana pemerintah yang akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bulan depan.
“Kondisi itu memicu pelemahan indeks dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang, itu berimbas positif. Pasalnya, anggaran untuk subsidi bisa dikurangi untuk infrastruktur,“ kata Satrio.
Hal itu senada dengan pendapat yang dikemukakan analis HD Capital Yuganur Wijanarko. Menurut Yuganur, setelah sentimen susunan kabinet, selanjutnya pelaku pasar saham menanti kepastian mengenai penaikan harga BBM bersubsidi yang dikabarkan awal November 2014.
“Kebijakan itu positif bagi pasar karena mengurangi beban defisit yang kini dinilai cukup berat,“ ujar Yuganur.
Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia ditutup menurun 48,77 poin (0,96%) ke posisi 5.024,29 (lihat grafik). Adapun indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 11,20 poin (1,30%) ke posisi 851,34.
Transaksi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia tercatat 167.602 kali dengan volume 2,64 miliar lembar senilai Rp3,15 triliun. Sebanyak 94 saham emiten mengalami penguatan, sebanyak 202 saham menurun, dan 88 saham tidak bergerak nilainya atau stagnan.
Ihwal pelemahan indeks saham karena terguncang rencana penaikan harga BBM bersubsidi juga pernah terjadi pada 2013.Ketika itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan pemerintah akan menaikkan harga emas hitam itu pada Musrenbangnas, Senin (29/4/2013). Ketika itu, indeks saham melemah melemah 14,119 poin (0,28%) ke level 4.985,633.
Dana kompensasi
Saat menanggapi pandangan para pelaku pasar tersebut, Menko Perekonomian Sofyan Djalil menegaskan dia belum dapat memastikan penaikan harga BBM bersubsidi per 1 November.
“Kami fokus dulu mengenai defisit anggaran. Kami enggak naikin, cuma subsidi dialihkan kepada (program) yang lebih produktif. Dana kompensasi nanti kami bicarakan lebih teknis,“ papar Sofyan. Menkeu Bambang Brodjonegoro menambahkan, “Hal itu belum menjadi topik sidang kabinet. Tidak ada yang bilang jadi atau tidak (penaikan harga BBM bersubsidi). Nanti kami lihat perkembangan.“
Seperti halnya indeks saham, kemarin rupiah pun melemah 28 poin dalam perdagangan antarbank Jakarta menjadi 12.097 per dolar AS jika dibandingkan dengan posisi Jumat (24/10) 12.069. Menurut analis Platon Niaga Berjangka Lukman Leong, rupiah berbalik ke area negatif karena antisipasi pelaku pasar uang terhadap program kementerian. Akan tetapi, nilai rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia, kemarin, bergerak menguat menjadi 12.042 jika dibandingkan dengan posisi Jumat (24/10) di level 12.065 per dolar AS. (Ire/Ant/X-4) Media Indonesia, 28/10/2014, Halaman : 2
Travel Eksekutif Pekanbaru Pariaman
-
Perusahaan yang menyediakan travel eksekutif dari Kota Pekanbaru Menuju
Pariaman tentunya sudah banyak. Kali ini melalui situs WartaPancasila.com
akan memp...
4 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar