PERINGATAN Hari Pangan Sedunia (HPS) dimulai sejak Food and Agriculture Organization (FAO)-organisasi pangan milik PBB-menetapkan World Food Day melalui Resolusi PBB No 1 Tahun 1979 di Roma Italia. Tanggal 16 Oktober dipilih karena bertepatan dengan terbentuknya FAO. Penyelenggaraan HPS di Indonesia menjadi momentum dalam meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat dan para pemangku kebijakan terhadap pentingnya penyediaan pangan yang cukup dan bergizi.
Tahun ini, peringatan HPS ke34 mengambil tema Pertanian bioindustri berbasis pangan lokal potensial. Mengapa bioindustri? Bioindustri adalah salah satu bagian dari bioteknologi, yakni penerapan mikroorganisme dan enzim dalam skala besar (industri) yang memperhitungkan kajian ekonomis dan untung rugi suatu proses produksi. Nah, pertanian bioindustri menjadi salah satu strategi Indonesia ke depan seperti yang tercantum dalam Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 20132045.
Rektor Universitas Trilogi (STEKPI) Asep Saefuddin mengungkapkan, implementasi bioindustri di bidang pertanian memang menjadi keniscayaan. “Jalan Indonesia untuk mencapai kedaulatan pangan,“ ucapnya kepada Media Indonesia, kemarin. Karena itu pulalah, sejak 2011 Universitas Trilogi membuka program studi Bioindustri yang bergerak di bidang agroekoteknologi, industri dan teknologi pangan, serta agrobisnis. Kolaborasi tersebut diharapkan menghasilkan petanipetani modern.
Penerapan bioteknologi pada sumber pangan lokal yang dimiliki Indonesia dinilai bisa meningkatkan nilai tambah. Keunikan dan kekhasan daerah menjadi nilai jual produk pangan yang tak tergantikan.
“Kita punya jenang dari Kudus, brem dari Madiun, juga bolu talas dari Bogor. Masih banyak lagi yang bisa diolah di negeri ini. Perlu ada sosialisasi bahwa pemanfaatan bahan pangan lokal tak hanya beras, namun dengan memanfaatkan teknologi yang ada kita bisa mengubah bahan baku karbohidrat seperti ubi menjadi sebuah cake atau cookies,“ tutur Asep yang baru dikukuhkan sebagai Guru Besar IPB bidang ilmu statistika itu.
Saat dihubungi terpisah, Direktur Seafast Center IPB Purwiyatno Haryadi menyatakan, perlu kedalaman ilmu dan teknologi untuk mewujudkan pertanian bioindustri berbasis pangan lokal potensial.Sebab, dengan pemanfaatan teknologi yang tepat, produk pangan lokal bisa diolah menjadi produk olahan yang aman dan layak dikonsumsi.
“Bahan pangan terkadang cepat rusak atau basi, di sinilah perlunya pengetahuan teknologi pangan.Produk yang dikembangkan dengan basis potensi lokal biasanya mempunyai tingkat kesesuaian yang baik dengan preferensi konsumen dan berpotensi menjadi keunggulan khas daerah,“ ungkapnya.
Selain teknologi, sambungnya, perlu juga dilakukan kampanye cinta pangan lokal secara terus-menerus yang diiringi dengan pembinaan mutu dan keamanan pangan. “Petani puas, konsumen puas, dan industri juga puas,“ pungkasnya. (Irm/S-5) Media Indonesia, 16/10/2014, halaman 7
Travel Eksekutif Pekanbaru Pariaman
-
Perusahaan yang menyediakan travel eksekutif dari Kota Pekanbaru Menuju
Pariaman tentunya sudah banyak. Kali ini melalui situs WartaPancasila.com
akan memp...
4 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar