Sejatinya cadangan minyak bisa ditingkatkan dengan pencarian sumber baru alias eksplorasi. Namun, aktivitas ini memerlukan investasi yang tidak sedikit. SEJAK kanak-kanak kita sudah dijejali ungkapan Indonesia memiliki sumber daya minyak yang melimpah ruah. Bahkan, kita diyakinkan bahwa negeri ini tak akan kekurangan minyak sedikit pun.
Pola pikir bahwa bangsa kita dengan minyak sudah sepantasnya diubah. Apa pasal?
Penemuan cadangan minyak baru di tanah air ternyata lebih kecil ketimbang tingkat produksinya. Maka dari itu, dengan jumlah cadangan minyak terbatas, Indonesia memerlukan kebijakan strategis untuk menjaga ketahanan energi di masa datang.
Terdapat dua pendekatan untuk membuktikan kemakmuran sumber daya minyak kita. Pertama, dengan membandingkan cadangan minyak yang dimiliki Indonesia dengan negara lain. Kedua, dengan membandingkan cadangan yang dimiliki dan diproduksi dengan tingkat konsumsi.
Melalui pendekatan kedua ini akan diketahui tingkat kesinambungan produksi (sustainability) energi minyak bumi di Indonesia. Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Gde Pradnyana mengungkapkan inti dari industri hulu migas adalah industri pencarian dan pengangkatan cadangan migas.
“Cadangan yang sudah diambil, harus diganti dengan penemuan cadangan baru. Produksi akan turun jika tidak dilakukan eksplorasi atau eksplorasi yang dilakukan tidak berhasil menemukan cadangan baru,“ ujar Gde kepada Media Indonesia di Jakarta, Jumat (7/11).
Berdasar data SKK Migas, cadangan minyak terbukti Indonesia per akhir tahun 2013 berada pada posisi 3,46 miliar barel. Sementara menurut statistik energi dunia yang dipublikasikan oleh perusahaan minyak dunia BP, yakni BP Statistical Review, cadangan minyak terbukti Indonesia setara dengan 0,2% total cadangan minyak dunia.
Jumlah cadangan minyak kita kalah jauh dengan Venezuela yang memiliki cadangan 298,3 miliar barel dan Arab Saudi dengan cadangan 265,9 miliar barel. Meskipun ada negara lain yang posisinya di bawah Indonesia, bukan berarti negara itu lebih `miskin' cadangan minyak, karena sesuai dengan pendekatan kedua, bisa jadi ia memiliki tingkat kesinambungan produksi yang lebih tinggi karena konsumsi minyaknya tidak sebesar Indonesia.
Saat ini produksi minyak Indonesia sekitar 800.0000 barel per hari. Sementara dua negara pemilik cadangan minyak terbesar, yakni Venezuela memproduksi 2,73 juta barel per hari, dan Arab Saudi memproduksi sekitar 11,53 juta barel per hari. Menilik perbandingan tingkat produksi dengan cadangan terbukti, terlihat bahwa laju pengurasan minyak di Indonesia jauh kencang ketimbang negara lebih tinggi dari negara-negara pemilik cadangan terbesar.
Dengan asumsi tingkat produksi berada pada kisaran saat ini dan tidak ada penemuan cadangan minyak baru, cadangan minyak Indonesia diperkirakan akan habis sekitar 11 tahun ke depan. Sejatinya cadangan minyak bisa ditingkatkan dengan pencarian sumber baru alias eksplorasi. Namun, aktivitas ini memerlukan investasi yang tidak sedikit sehingga perlu dukungan iklim investasi yang kondusif, seperti kelancaran perizinan dan kepastian hukum bagi kegiatan usaha hulu migas.
Presiden Indonesia Petroleum Association (IPA) Lukman Mahfoedz menuturkan diperlukan tiga kali lipat dari level aktivitas eksplorasi saat ini jika aktivitas migas konvensional diharapkan dapat menutup 50 persen dari kesenjangan permintaan dan persediaan di 2025.
“Kebijakan Energi Nasional menjadi hal penting bagi Indonesia untuk dapat menutupi kesenjangan persediaan dan permintaan yang makin melebar,“ ujarnya saat pembukaan IPA Convention and Exhibition ke-38 di Jakarta.
Ia menambahkan struktur geologi Indonesia yang kompleks membuat jumlah penemuan migas juga semakin berkurang dan jumlahnya kecil. Cadangan yang ada pun tersebar lokasinya, dengan 75 persen berada di lepas pantai Indonesia Timur dan 85 persennya didominasi oleh gas.
“Karena itu, pengembangan potensi cadangan yang ada membutuhkan teknologi tinggi, investasi dalam jumlah besar, serta sumber daya manusia yang kompeten,“ cetusnya.
Meski memperlihatkan tren positif, keseriusan untuk membangun infrastruktur yang menjadi syarat pemanfaatan gas bumi. Hal lain yang perlu dilakukan adalah mengembangkan sumber energi terbarukan yang sebenarnya sangat melimpah di Indonesia. Semua upaya ini demi membangun ketahanan energi nasional, untuk hari ini dan masa datang. (E-25) Media Indonesia, 10/11/2014, halaman 17
Travel Eksekutif Pekanbaru Pariaman
-
Perusahaan yang menyediakan travel eksekutif dari Kota Pekanbaru Menuju
Pariaman tentunya sudah banyak. Kali ini melalui situs WartaPancasila.com
akan memp...
4 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar